Setelah Segalanya Untuk Tuhan


Oleh : Ustad M. Yaya Sumardi Atmadja

Benar, hidup kita untuk Tuhan. Itu tauhid sekali. Yang jadi masalah adalah saat kau tarik-tarik Tuhan untuk berpihak pada maumu dan cara pandangmu sendiri. Menisbikan yang lain. Surga milikmu. Tuhan bersamamu. Neraka untuk mereka. Tuhan benci mereka.


Adalah iblis yang berfikir kayak begitu. Dia tak mau sujud ke Nabi Adam. Merasa diri hebat. Terkemuka dalam mulia. Dia bukan sekedar ma'rifat. Bahkan dekat dengan Tuhan dan bincang-bincang.


Akal cerdasmu kau kedepankan. Budi pekerti dan laku santun kau abaikan. Bangunan agamamu kau tegakan dengan penuh gairah. Sementara akhlakmu paburiak.


' Dia di neraka!" selalu jadi dendang lagu kebangsaanmu dalam beragama. Sebab, yang kau cari bukan " samanya" tetapi selalu " bedanya".


Kawan-kawan yang tak sefaham kau kirim ke neraka. Ini fungsimu sama persis dengan iblis yang mengantarkan hamba Tuhan ke nerakaNya.


Jadi, kering hatimu untuk saling memahami sudah buat engkau kayak " panitia" penerimaan masuk neraka saja.


Lalu, bedanya apa kau dengan iblis? Sama. Kalian sama. Menggiring hamba masuk neraka.


Belajarlah, pada ulama masa lalu. Mereka berjuang dalam dakwah dengan keras agar manusia meraih cinta ilahi. Agar kecintaan Tuhan jatuh pada dirinya. Dengan sedikit dalil, banyak amal laku yang santun.


Semoga kau mau menerima kisahku. Tentang da' i yang begitu fenomenal. Tahu Sunan Kudus?


Media yang digunakan Sunan Kudus untuk memperkenalkan Islam antara lain larangan menyembelih sapi sebagai penghormatan kepada ajaran Hindu, membangun menara masjid yang berbentuk candi, dan membangun tempat wudhu yang memiliki delapan pancuran sebagai apresiasi terhadap delapan jalan keselamatan agama Buddha.


Namun, akomodasi dan toleransi kepada agama lain tidak menyurutkan fokus utama Sunan Kudus untuk menyebarkan Islam, khususnya kepada umat agama lain. Tujuan untuk mengislamkan orang Hindu dan Buddha mengindikasikan model fulfillment dalam hubungan antarumat beragama pada masa Sunan Kudus. Sunan Kudus sangat menghargai agama lain dengan perilaku tolerannya terhadap ajaran-ajaran mereka. Penghormatan kepada sapi, bentuk menara masjid yang seperti candi Hindu, dan delapan pancuran wudhu mencerminkan pengakuan Sunan Kudus bahwa ada jalan keselamatan di luar Islam, khususnya di Hindu dan Budha. Meskipun demikian, Sunan Kudus tetap berdakwah karena dia yakin bahwa hanya Islam-lah agama yang benar.


"Saeutik matri kana diri. Ati sanubari ka teulisik", sebab mereka ingin mendekat. Diajak bicara. Ditedunan kebutuhannya. Dalil nyata dalam laku.


Sementara, ke kalian, manusia menjauhi. Sebab risih dan muak dengan arogansi ilmu yang kau munculkan di mulut.


Jadi, kamu teh beragama bukan untuk Tuhan. Kulihat, hanya untuk memenuhi ambisimu sebagai ' hamba Tuhan yang suci". Berdasar fikiranmu sendiri.


Yu, dengan aku, kita dakwah bil hikmah. Belajar memahami manusia. 


Catatan Ramadhan 1439 H

Tidak ada komentar